Gunung Bawakaraeng

Posted by

TERNYATA ADA JAMUR DI GUNUNG BAWAKARAENG

Menurut cerita masyarakat setempat Bawakaraeng memiliki arti tersendiri yaitu Bawa diartikan sebagai mulut, dan Karaeng diartikan sebagai tuhan. Jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan. Pada hari-hari tertentu masyarakat biasanya menjadikan kawasan ini sebagai tempat ritual untuk kesejahteraan hidup mereka. 

Gunung Bawakaraeng merupakan  salah satu pegunungan yang berada di wilayah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pegunungan ini berada pada ketinggian + 1800 hingga 2800 mdpl. Berdasarkan ketinggiannya, kawasan ini dapat menghidupkan banyak organisme. Organisme yang berada pada kawasan ini mampu menciptakan rantai makanan yang sangat beragam dan bahkan dapat meingkatkan kesejahteraan hidup manusia melalui pemanfaatannya.

Pemanfaatan sumberdaya alam pada kawasan Gunung Bawakaraeng merupakan salah satu upaya yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan dan hewan yang terdapat dalam kawasan ini merangsang perilaku masyarakat sekitar dalam memanfaatkannya. Baik dimanfaatkan sebagai peliharaan, sebagai sumber makanan serta dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan.

Potensi sumber daya alam kawasan Gunung Bawakaraeng tentunya tidak diragukan lagi. Salah satu sumber daya alam yang unik pada kawasan ini adalah jamur. Masyarakat di sekitar kawasan ini sudah mengenal potensi dari pemanfaatan jamur seperti menjadikannya sebagai bahan baku obat-obatan maupun sebagai sumber makanan. Jamur merupakan golongan tumbuhan tingkat rendah dalam taksonomi tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan jamur belum memiliki akar, batang dan daun yang jelas namun hanya berupa bagian yang semu dalam bagian tubuhnya. Jamur adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur bersifat uniseluler maupun multiseluler. Jamur ini dibedakan atas dua ukuran yaitu jamur yang tidak dapat dilihat langsung oleh mata disebut jamur mikroskopis dan jamur yang dapat dilihat langsung  oleh mata disebut jamur makroskopis.

Cendawan tidak mempunyai kromatofora, oleh sebab itu umumnya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat bermacam-macam zat warna, terutama dalam buahnya. Zat warna itu umunya terdiri atas senyawa aromatik yang tidak mengandung N. Bagian tubuh yang vegetatif terdiri atas benang-benang halus yang dinamakan hifa. Keseluruhan hifa merupakan miselium. Perkembangbiakan jamur dapat terjadi secara aseksual maupun seksual Perkembangbiakan secara aseksual terjadi dengan pembentukan spora. Spora ini terdapat pada bagian luar basidium dan disebut eksospora. Perkembangbiakan jamur dapat juga terjadi secara seksual yaitu melalui berbagai cara seperti isogami, anisogami, oogami, gametangiogami dan somatogami. Perkembangbiakan ini dapat memacu munculnya banyak jenis jamur yang dapat pada jalur pendakian menuju puncak Gunung Bawakaraeng.

Jamur tumbuh pada berbagai macam substrat seperti lapukan kayu, pada tanah, hingga pada kotoran hewan sekalipun. Jamur ini menyerapa zat organik dari lingkungannya melalui hida dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya kemudian disimpan dalam bentuk glikogen. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat merugikan maupun menguntungkan. Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat bervariasi. Beberapa jamur dapat merugikan namun terdapat pula jamur yang mendatangkan manfaat. Jamur yang bermanfaat diantaranya adalah jamur yang dijadikan sebagai sumber makanan. Sedangkan jamur yang merugikan manusia bersifat pathogen karena dapat merusak berbagai hal seperti senyawa alkaloid yang dapat membuat keracunan. Sepanjang jalur pendakian hingga ke puncak Gunung Bawakaraeng jamur yang bermanfaat dan merugikan dapat ditemukan. 

Sepanjang jalur pendakian manfaat yang dapat diperoleh dari jamur yaitu sebagai sumber protein hayati yang dapat memenuhi kecukupan gizi selama melangsungkan pendakian. Namun hal yang mendasar perlu di ketahui bahwa jamur yang dapat dikonsumsi tidak sembarangan karena beberapa jenis jamur mengandung senyawa alkanoid yang dapat menyebabkan keracunan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sebelum mendaki gunung tentunya para pendaki sudah mempersiapkan beberapa persiapan yang akan dibawa pada saat mendaki nantinaya. Salah satu persiapan yang tergolong penting adalah pengetahuan mengenai botani dan zoologi praktis. Hal ini dianggap penting karena akan menjadi alternatif jika sudah kehabisan makanan atau tersesat. Salah satu pengetahuan yang harus diketahui yaitu mampu membedakan sesuatu yang beracun/ berbahaya dengan sebaliknya.

Jamur merupakan sebuah tumbuhan yang memiliki formasi dari masing-masing ketinggian. Pada masing-masing ketinggian tertentu dapat didominasi oleh jamur yang menguntungkan atau bahkan dapat pula didominasi oleh jamur yang beracun. Bagi para pendaki yang belum memiliki pengetahuan menganai jamur maka untuk dapat mengetahui beberapa ciri-ciri dari jamur beracun tersebut diantaranya memiliki warna yang mencolok seperti merah darah, menghasilkan bau yang menusuk hidung, memiliki cincin serta hidup pada substrat yang berasal dari tanah atau kotoran hewan. Bau busuk yang dihasilkan oleh jamur diakibatkan oleh senyawa sulfida yang terdapat didalamnya. Jamur juga mengandung senyawa sianida yang dapat membuat beberapa serangga bahkan mamalia menjauh dari jamur tersebut. Jamur beracun dapat pula diketahui dengan menggoreskannya dengan benda yang terbuat dari perak seperti pisau. Apabila pisau yang digunakan tersebut menimbulkan warna hitam dan kebiruan maka jamur tersebut mengandung sulfida dari warna hitam yang dihasilkan dan mengandung sianida dari warna kebiruan.

Sepanjang jalur pendakian hingga ke Puncak Gunung Bawakaraeng dapat pula ditemukan jenis jamur yang dapat dikonsumsi. Jamur yang dapat dikonsumsi dapat diketahui dengan melihat warnanya yang tidak mencolok dan dimakan oleh mamalia atau serangga. Selain itu, jamur yang dapat dimakan dapat pula diketahui dengan cara mengetahui substrat tempat jamur tersebut tumbuh. Substrat jamur tersebut berupa ranting pohon yang tumbang, atau berada pada batang pohon. Sepanjang jalur pendakian Gunung Bawakaraeng jamur yang kita dapat ada yang hidup sendiri atau hidup soliter dan ada pula jamur yang hidupnya berkelompok atau berkoloni. Jamur yang hidup secara soliter sebaiknya tidak dikonsumsi. Sedangkan jamur yang di konsumsi biasanya didapatkan secara berkelompok. Pada pencinta seni fotografi jamur yang hidup sendiri merupakan objek yang sangat menarik namun jamur tersebut perlu di waspadai. Meskipun beberapa jamur tidak dapat di konsumsi, tetapi kandungan senyawa alkaloid dan senyawa lainnya dapat dijadikan sebagai penawar berbagai macam penyakit apabila dikelola lebih lanjut.

Jamur yang didapatkan pada sepanjang jalur pendakian umumnya dijumpai pada musim hujan. Jamur ini dapat tumbuh dengan cepat karena perkembangbiakan melalui spora sangat mudah muncul dan berkembang pada musim ini. Tumbuh beraneka macam jamur pada disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tersedianya sumber nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur tersebut. Substrat yang di hinggapi oleh spora sudah sesuai dengan pertumbuhan jamur. Selain itu, jamur di pengaruhi pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, keasaman tanah maupun cahaya. Selain sebagai sumber makanan, jamur juga dapat dijadikan sebagai petunjuk arah apabila kita tersesat. Jamur konsumsi dapat dijadikan sebagai penunjuk arah karena pada sekitar jamur tersebut terdapat beberapa jejak. Jejak tersebut muncul karena banyak mamalia lain yang memanfaatkan indranya dalam mencari jamur untuk dikonsumsi.
        
Jamur Kayu Ganoderma applanatum
Jamur yang di dapatkan sepanjang jalur pendakian Gunung Bawakaraeng adalah jamur kayu Ganoderma applanatum.  Jamur ini memiliki tubuh buah berupa suatu kipas, himenofora merupakan buluh-buluh (pori) yang dilihat dari luar berupa lubang-lubang. Tubuh buah jamur ini dapat berumur beberapa tahun tiap-tiap kali membentuk lapisan-lapisan himenofora baru. Tubuh buahnya terdapat pada kayu yang lapuk. Selain itu, banyak pula dijumpai jamur yang memiliki tubuh buah berbentuk paying, himenofora membentuk lamella atau papan-papan dengan lapisan himenium pada kedua sisinya. Jamur yang memiliki bentuk tubuh buah seperti payung yaitu jamur tiram Pleurotus sp. dan Jamur yang paling terakhir di jumpai yaitu jamur Mycena renati.

hhhh
Jamur Tiram Pleurotus sp.
Jamur Mycena renati

Bagi para pendaki, faktor yang memunculkan banyaknya pertumbuhan jamur adalah faktor sampah yang di bawa ke tempat pendakian. Banyaknya sampah yang dihasilkan oleh para pendaki memacu munculnya berbagai jamur-jamur yang dapat membahayakan manusia. Jamur yang berada di jalur pendakian Gunung Bawakaraeng sering mendapatkan ancaman dari para pendaki yang datang. Ancaman tersebut berupa eksplorasi yang berlebihan dikarenakan bukan untuk dimanfaatkan. Ancaman pada habitat seperti terinjak pada saat melalukan pendakian atau pada saat memasang tenda untuk beristirahat.

Keanekaragaman jamur yang tumbuh pada kawasan Gunung Bawakaraeng akan menjadi sebuah aset yang berharga bagi masyarakat yang berada pada daerah sekitarnya maupun masyarakat luar secara umumnya. Keberadaan jamur ini akan mendatangkan sumbangan devisa bagi Kabupaten tersebut hingga pendapatan devisa Negara karena keberadaan jamur tersebut sulit untuk didapatkan pada tempat yang lain.  Masyarakat sekitar Gunung Bawakaraeng tentunya sudah memiliki pengetahuan yang lebih mengenai kondisi sumber daya alam yang berada pada kawasan tersebut. Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat sebaiknya di ketahui oleh para pendaki sebelum melakukan pendakian pada Gunung Bawakaraeng karena selain menjaga nilai budayanya, masyarkat secara tidak langsung memberitahukan kepada para pendaki untuk tetap menjaga kondisi alam semesta ini melalui pelestarian keanekaragaman jamur. Pelastarian keanekaragaman jamur yang di terapkan pada jalur pendakian Gunung Bawakaraeng akan dibayarkan dengan pemandangan yang mempesona pada puncak Gunung Bawakaraeng.
Puncak Gunung Bawakaraeng


RER15 Updated at: 09.06

0 komentar:

Posting Komentar